Peran Orang Tua Untuk Meningkatkan Kecerdasan Anak
Dalam Pendidikan Karakter
Oleh
Aris Wandi
Pendahuluan
Persoalan kecerdasan anak menjadi hal penting
dalam dunia pendidikan. Pembentukan karakter, kemampuan emosional, dan
kecakapan, merupakan bagian dari pengembangan kecerdasan anak. Fenomena
tersebut menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan kecerdasan anak
sejak dini. Orang tua merupakan guru sekaligus motifator untuk
meningkatkan kecerdasan anak, sehingga
orang tua memiliki peran yang sangat
penting dalam peningkatkan kecerdasan. Membimbing anak sejak dini,
menanamkan nilai-nilai moral, khususnya dalam peningkatan kualitas kecerdasan
adalah bagian dari peran orang tua dalam mendidik anak.
Karakter bangsa, berasal dari
karakter-karakter individu di dalam bangsa tersebut. Karakter individu yang
berdaya saing di era globalisasi tidak tumbuh dengan tiba-tiba, meliankan
melewati proses panjang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam
proses perkembangan kepribadian individu.
Perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Urie Bronfenbrenner (1986; dalam Santrock, 2007), mengungkapkan bahwa perkembangan
manusia dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yaitu: microsystem, mesosystem, exosystem, macrosystem, dan chronosystem.
Microsystem, merupakan lingkungan
terdekat individu, dimana individu berinteraksi langsung dengan lingkungan.
Pada anak, microsystem-nya adalah orangtua,
guru, dan teman sebaya. Orangtua, guru, dan teman sebaya secara langsung
berinteraksi dan memengaruhi perkembangan individu.
Alternatif lain kerap dilakukan untuk
mengembangkan kecerdasan adalah melalui pendidikan di luar sekolah yaitu dengan
bantuan orang tua untuk membimbing anak. Usaha yang bersifat preventif ini
diharapkan mampu mengembangkan kualitas anak bangsa sehingga dapat meningkatkan
kecerdasan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa orang tua harus membutukan
waktu yang lama dan proses yang tidak sederhana untuk dapat dilihat dampaknya
namun pendidikan yang diberikan orang tua memiliki daya tahan dan dampak yang
maksimal bagi anak.
Salah
satu cara dalam mengembangkan kecerdasan anak adalah melalui peran orang tua yang
diharap mampu meningkatkan kemampuan berpikir dalam mengatasi berbagai masalah
yang dihadapi anak di rumah sekolah. Orang tua merupakan salah satu faktor
terpenting dalam keberhasilan anak dalam meningkatkan kecerdasan. Saat ini
begitu banyak terobosan yang dilakukan oleh guru di rumah sekolah akan tetapi,
hal itu tidak cukup perlu pengawasan dan bimbingan dari orang tua.
Prinsip
yang dilakukan orang tua dalam meningkatkan kecerdasan anak adalah mengusahakan
agar anak mampu berinteraksi dengan baik, baik dalam lingkungan sekolah maupun
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, sudah seyodianya orang tua menjadi
pendidik yang utama dalam meningkatkan kecerdasan maupun karakter anak.
Dalam
peningkatan kecerdasan anak suda diupayakan semaksimal mungkin demi terbentuk
karakter anak ke arah yang lebih baik. Meskipun demikian jika tanpa adanya kesadaran dari berbagai pihak
khususnya orang tua dan guru dalam mengembangkan hal itu tidak akan terlaksana.
Dalam meningkatkan kecerdasan yang dilakukan oleh orang tua yang merupakan
pendidikan di luar sekolah diharapkan kepada anak agar memiliki kemampuan nalar
yang tinggi khususnya dalam kereatifitas berpikir.
Pembahasan
Menurut Kementerian
Pendidikan Nasional (2010: 3) “Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan, berpikir,
bersikap, dan bertindak”.
Darmiyati (2004: 110) mendefinisikan
pendidikan karakter sebagai “Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat
mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada
lingkungan”.
Pendapat ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang
dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik dalam
memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan sesama bangsa yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Ditinjau dari difinisi
di atas ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan dalam
proses pendidikan, yaitu: (1). Pendidikan
karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran wahyu tuhan
(konservasi moral); (2) Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain
yang berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh
sejarah, dan para pemimpin bangsa; (3) Pendidikan karakter berbasis lingkungan
(konservasi lingkungan); dan (4) Pendidikan
karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran
pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
(konservasi humanis). Yahya Khan, 2010: 2.
Pendidikan seorang ibu
terhadap anak merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan. Maka dari
itu, seorang ibu hendaknya bijaksana dalam mendidik anak. Dalam sebuah keluarga, tentunya yang sangat
berperan adalah ayah dan ibu dalam mendidik anak. Sebagai orang tua sudah
sepatutnya memahami dengan baik apa makna dari mendidik sehingga tidak menimbulkan
kesalah pahaman antara mendidik dan melarang, menasehat atau memerintahkan anak.
Tetapi harus dipahami bahwa mendidik adalah proses memberi pengertian atau pemaknaan
kepada anak agar dapat memahami lingkungan sekitarnya dan dapat mengembangkan
dirinya secara bertanggung jawab.
Ada hubungan kausal
antara bagaimana orang tua mendidik anak dengan apa yang diperbuat anak. Atau
ibaratnya apa yang orang tua tabur itulah yang nanti akan dituai. Peran orang
tua dalam mendidik anak tidak dapat tergantikan secara total oleh
lembaga-lembaga persekolahan atau institusi formal lainnya. Karena bagaimanapun
juga tanggung jawab mendidik anak ada pada pundak orang tua
Sebagai amanat Allah yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan- Nya,
anak memerlukan pendidikan yang baik dan memadai dari orang tua. Pendidikan ini
bermakna luas, baik berupa akidah, etika maupun hukum islam. selain itu
pendidikan tidak hanya dapat dijalankan di sekolah, tetapi juga di rumah.
Pendidikan
di sekolah hanya dilakukan jika anak sudah cukup umur. Sedang pendidikan di
rumah dimulai sejak masih kecil sampai beranjak dewasa. Rasulullah mengajarkan
bahwa jika anak sudah mendekati masa baligh, hendaknya dipisahkan antara tempat
tidur anak laki- laki dengan anak perempuan.
Orang
tua diperkenankan menghukum pada umur sepuluh tahun, kalau ia lalai menunaikan
kewajiban. Hukuman bagi anak tidak boleh bersifat menyakiti atau menimbulkan
cacat. Jika orang tua memerintahkan sesuatu kepada anak maka mereka juga
melaksanakan perintah tersebut. Perintah orang tua yang tidak disertai teladan,
sulit untuk dipatuhi anak.
Upaya pembentukan karakter sesuai dengan
budaya bangsa ini tentu tidak semata mata hanya dilakukan di sekolah melalui
serangkaian kegiatan belajar mengajar dan luar sekolah, akan tetapi juga
melalui peran orang tua dan kembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab,
dan sebagainya. Hal ini tak lepas dari pengawasan dan tanggung jawab orang tua.
Pembiasaan itu bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang hal-hal yang benar
dan salah, akan tetapi juga mampu merasakan nilai yang baik dan tidak baik, serta
bersedia melakukan dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan
yang lebih luas di masyarakat. Nilai-nilai tersebut perlu ditumbuhkembangkan
peserta didik yang pada akhirnya akan
menjadi cerminan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, orang tua memiliki
peranan yang besar dalam pengembangan pendidikan
karakter karena peran orang tua sebagai pusat pendidikan dasar sebelum anak
masuk ke lingkungan sekolah. Diharapkan peran orang tua menjadi salah satu
pencapaian anak dalam meningkatkan kecerdasan, baik kecerdasan emosional maupun
kecerdasan ilmu pengatahuan.
Penutup
Dalam sejarah
perkembangan lembaga pendidikan, dijelaskan bahwa keluarga merupakan lembaga
pendidikan paling tua, dapat dikatakan bahwa lahirnya keluarga sebagai lembaga
pendidikan sejak adanya manusia, dimana orang tua yakni ayah dan ibu sebagai
pendidik dan anak sebagai terdidik, karena pendidikan dimulai sejak adanya
manusia.
Peranan keluarga dalam
pendidikan yang berhubungan dengan anak didalamnya terdapat pula beberapa
hal khusus yang perlu diperhatikan diantaranya: sifat menggantungkan diri,
kedudukan anak didalam keluarga dan kesulitan-kesulitan pendidikan, karena
keluarga adalah lembaga yang tertua yang bersifat informal, yang pertama dan
utama dialami oleh anak dan lembaga pendidikan yang bersifat kodrati.
Daftar pustaka
Kusuma,
Doni, Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Global Jakarta:
Grasindo, 2007.
Amin
Ahmad, Etika (Ilmu akhlak), Jakarta: Bulan Bintang, 1995
Munir
Abdullah, Pendidikan Karakter,
Yogyakarta: Pedagogia, 2010.
Zaviera, Ferdinand. 2007. Teori Kepribadian Sigmund
Freud. Jogjakarta: Prismasophie.