Cinta memang begitu sangat indah, jika
orang yang mempunyai cinta dapat mengahargai sepenuhnya cinta. Tetapi
cinta juga begitu sakit apabila seseorang tidak pernah menganggap cinta
itu ada. Semestinya didalam cinta itu tidak ada rasa sakit, namun sakit
itu ada karena cinta. Dan semestinya juga cinta itu menyembuhkan, bukan
memetikan. Bodoh…!! ya memang terlalu bodoh mencintai orang yang selalu
menyakiti hati yang penuh dengan cinta.
Namaku Annisa Zhafira, aku seorang
mahasiswi jurusan ilmu komunikasi yang kini akan menjalani kuliah
disemester 3. Dahulu ku pernah menolak cinta seseorang yang tulus pada
ku, rela berkorban demi aku dan selalu ada disetiap aku membutuhkannya.
Dan sebab aku menolaknya karena aku tidak pernah mencintainya sama
sekali. Tetapi karena ketulusan hatinya, ia menerima semua keputusan ku
untuk menjalin pertemanan saja. Dan ketika pertemanan kami sudah di
jalin cukup lama, aku malah merasakan hal yang berbeda saat didekatnya,
rasa cinta itu muncul secara tiba-tiba tanpa aku sadari dan orang itu
adalah Reza Refaldy. Tetapi orang yang aku cinta tidak bisa merasakan
cinta ku padanya dan ia hanya menganggap aku hanya teman biasa dan hal
itu yang membuat aku sadar akan karma yang pasti akan didapatkan oleh
manusia.
Aku juga memiliki seorang sahabat yang
sangat baik dan mengerti semua tentang ku, terutama masalah tentang
percintaan ku. Sering aku meanggilnya dengan panggilan mesrah karena
telah banyak cerita yang kami tuangkan dan telah banyak waktu yang telah
kami habiskan bersama-sama. Windy putria nama sahabat yang akan selalu
aku sayangi.
Pagi itu saat aku berada didalam kelas
untuk mengikuti perkuliahan pada hari senin, dan aku memilih untuk duduk
menyendiri dan saat itu Windy datang menghapiri aku.
“Kamu kenapa lagi” ? tanyanya padaku sambil mendekati aku.
“Gak apa-apa kok. Aku baik-baik saja” jawabku sambil menunduk.
“Kamu gak bisa bohong dari aku. Aku
sahabat mu. Aku tau semua apa yang sedang kau pikirkan. Maka percuma
bagi mu untuk menyembunyikan semua” balasnya dengan tegas.
“Ya, kau memang sahabat ku. Maka dari
itu kau selalu tau tentang semua sikap dan keadaan ku. Namun aku hanya
tak sanggup untuk menceritakannya padamu”.
“Aku sahabat mu. Apapun beban yang kau
rasakan, aku akan selalu membantumu menghilangkan beban itu. Maka dari
itu jujurlah padaku.” Jawabnya lebih tegas lagi.
Ketika aku ingin mejelaskannya
masalahku, dosen pun memasuki ruangan sebab saat itu waktu sudah
menunjukan pukul 08.30. dan oleh sebab itu percakapan tadi kami tunda
dan akan kami lanjutkan setelah matakuliah ini selesai. Walaupun
sebenarnya aku sudah ingin sekali menceritakan ini semua, namun aku
mecoba untuk menahanya. Dan akhirnya perkuliahan pun selesai tanpa ada
satupun ilmu yang aku dapatkan saat itu, karena saat dosen menjelaskan,
aku tidak pernah terfokus sedikitpun pada penjelasannya. Kemudian
setelah kelas dibubarkan, aku tetap diam dan menunduk hingga windy
mendekati ku kembali.
“Apa si sebenarnya yang terjadi hingga
kau seperti ini? Ceritakan semua padaku agar aku tau permasalahan yang
sebenarnya”.tanya windy pada ku.
“Apakah ini karma untuk aku ya hingga
aku harus merasakan hal ini. Aku lelah win jika harus menyimpan ini
semua. Sakit ku rasa jika ku melihat dia dekat dengan yang lain”.jawabku
dan tanpa terasa air mataku menetes.
“Aku bingung niss. Aku bingung melihat
hubungan kalian. Dahulu kau pernah menolak cinta Reza pada mu. Namun
karena setiap hari, setiap saat kalian selalu dekat, kau semangkin
berbalik menyukai dia. Tetapi sampai saat ini Reza tidak mengetahui hal
itu karena kau tidak mau jujur padanya. Maka dari itu, cobalah untuk
jujur padanya dan ungkapkan semua yang kau rasakan saat ini, kemungkinan
saja Reza akan membalas cintamu”.
“Tapi win. Aku tidak mungkin mengatakan
semuanya. Sebab dahulu aku pernah menolak cintanya”. Jawabku dan
langsung melihat wajah sahabatku.
“Kenapa tidak mungkin Nissa. Kemungkinan
saja jika kau mengungkapkan semuanya, Reza akan mengerti tentang
perasaan mu. Ku mohon Niss, sekali ini coba dengarkan kata-kata ku. Ku
mohon. Ku sakit hati nissa, jika setiap hari aku selalu melihat sahabat
yang ku sayang selalu sedih”. Sambil memeluk ku
“Iya. Baik lah, aku akan mencobanya”. Jawabku sambil membalas pelukan sahabatku.
“Ok. Mulai saat ini jangan pernah sedih
lagi sebab aku gak mau melihatnya. Ayo sekarang kita keluar dan mencari
makan dikantin.” Ajak Windy dengan menarik tangan ku dan kami pun
meninggalkan kelas.
Malam itu, tepat pada malam minggu aku
duduk sendiri diteras rumah sambil memandangi langit yang penuh dengan
bintang dan merasakan angin yangsedikit menyejukan hati.
“Hey cantik. Kenapa kok gak jalan-jalan? Inikan malam minggu.” Sapa seorang pria.
“Kamu Za. Kok kamu bisa ada di rumahku? Ada apa?. Tanyaku penasaran.
“Tidak ada apa-apa Niss. Cuma kangen aja sama kamu. Kamu kenapa si kok sepertinya bete sekali? Cerita dong.”
“Tidak ada apa-apa kok Za. Aku baik-baik saja.”jawabku.
“Baik lah jika memang tidak terjadi apa-apa.” Balas Reza.
“Zaa.” Panggilku dengan lembut.
“Ya Nissa! Ada apa?”
“Aku ingin cerita Za”.
“Ya sudah ceritalah. Aku akan senantiasa mendengarkan cerita mu niss”. Tegas Reza sambil melihat wajahku.
“Saat ini aku suka dengan seseorang Za.
Tapi dia tidak tahu jika aku mencintainya. Padahal kami sering
menghabiskan waktu bersama tanpa batas waktu. Sakit rasanya Za melihat
orang yang dicintai tidak pernah mengetahui isi hati kita. Aku ingin
sebenarnya mengungkapakan semua namun aku takut Za, sebab aku ini
perempua dan jarang sekali perempuan mau untuk mengungkapkan isi hatinya
pada laki-lakiyang dia cintai”. Jelasku.
“Tak apa. Ungkapkan saja sebenarnya,
agar kamu tahu jawaban yang sesungguhnya tanpa menunggu lebih lama lagi
untuk memendam dan menunggu dia mengerti Niss. Jika memang itu menyakiti
mu, ungkapakan saja sejujurnya.” Balas Reza
“Tetapi apakah dia mau menerimaku? Sebab dahulu aku pernah menolak cintanya dan meminta untuk menjalin perteman saja”. Tambahku.
Seketika itu Reza terdiam dan melihat mataku yang telah berlinang air mata.
“Apakah orang yang kau maksud itu adalah aku Nissa? Tanya Reza padaku.
Aku terdiam sejenak dan menjawab. “Ya.
Itu benar Za. Sebenarnya aku suka sama kamu tapi ku malu untuk
mengungkapkanna”. Jelasku.
“Sejak kapan? Tetapi kamu pernah berkata jika kau tidak pernah mencintaiku. Dan kenapa saat ini kau bicara begitu? Tanyanya.
“Aku tidak tau Za. Aku tidak tau sejak kapan rasa ini muncul”. Jawabku dan akupun menunduk.
Setelah beberapa menit terdiam. “Maaf Niss. Maaf ku tidak bisa membalas cintamu”. Menunduk.
Aku menghela nafas panjang. “Kenapa Za?
Dulu kamu pernah bilang kalau kamu suka dan cinta sama aku. Tapi kenapa
sekarang kamu tidak bisa membalas cintaku?” Menatapnya dengan mata
berkaca-kaca.
“Iya memang benar bahwa dahulu ku sayang
dan cinta sama kamu”. Tetap menunduk. “Namun saat ini ku sudah tidak
ingin menjalin hubungan dengan siapapun Niss aku ingin terfokus pada
kuliahku”. Menatap ku.
Aku menunduk dan tak ingin melihatnya
dan menghela nafas. “Ya Za. Aku mengerti kok”. Akupun meneteskan air
mata yang tak pernah aku sadari.
Reza memegang tangan ku dan melihatku. “Kamu menangis Ssa? Aku minta maaf jika aku mengecewakan mu. Maafkan aku Nissa”.
Menghapus air mata. “Hah, aku tidak
menangis Za. Aku tidak apa-apa kok. Aku terima keputusanmu dan mungkin
ini memang yang terbaik buat kita”. Jawabku lirih.
Terus menatapku. “Untuk sekali lagi maaf kan aku Niss. Aku minta kamu bisa mengerti”.
“Iya-iya, aku mengerti.” Jawabku dengan penuh kecewa.
“Kalau begitu aku pamit pulang ya Niss.
Jangan sedih terus. Kau akan mendapatkan seorang yang lebih baik dari
aku yang bisa membuatmu selalu bahagia”. Mencoba menghibur. “Aku pamit
ya. Daahh Nissa”. Melangkahkan kaki meninggalkan aku dan melambaikan
tangannya.
Aku terus menatap kepergiannya dari
rumahku, dan saat ini posisiku masih sama, duduk diteras rumah sendiri
tanpa ada yang menemani. Tetapi bedanya, kini aku telah mendapatkan
sebuah luka yang diberi oleh seseorang yang aku sayangi. Cinta yang
telah tumbuh lama kini harus hancur karena cinta yang tak bisa
mendapatkan kesempurnaan dari dua insan. Air mata yang terus membanjiri
pipi tidak bisa tertahan lagi. Sesak didada pun sudah tidak bisa
terkontrol lagi. Akupun berlari menuju kamar ku yang tidak terkunci dan
menghempaskan tubuhku ke tepat tidur. Mataku sudah mulai lelah sebab
sudah banyak sekali air mata yang mengalir pada malam ini dan tanpa
sadarkan diri ku sampai tertidur karena lelahnya mataku.
Jam pun menunjukan pukul 07.30. rasanya
malas sekali bagiku untuk bangun dari tempat tidur sebab hari ini hari
minggu maka dari itu ku berniat untuk berdiam diri dirumah saja. Aku
masih memikirkan peristiwa tadi malam, dimana peristiwa itu sangat
menghancurkan aku. Namun tidak tahu mengapa, saat aku merasa kecewa
tetapi ku juga merasa lega sebab ku sudah mendapatkan sebuah jawaban
dari pertanyaan hatiku. Walaupun jawaban itu menyakitkan aku.
Tidak terasa malam pun tiba, sengaja aku
tidak memberi kabar pada sahabatku Windy karena ia sedang ada urusan
penting yang tak bisa diganggu. Walaupun ingin rasanya aku menumpahkan
semua kesedihanku padaya, sebab hanya dia yang bisa mengerti aku dan
keadaan ku. Dan pada malam itu, tidak aku duga tiba-tiba Windy
menghubungi ku.
“Iya ada apa Win? Gimana dengan urusannya, sudah selesai?”. Tanyaku lirih.
“Eemm, sudah kok. Niss aku ingin tanya satu hal sama kamu”.
Tarik nafas. “Ya mau tanya apa sayang?”. Tanyaku pada sahabat yang aku sayang.
“Tetapi kamu harus tenang ya”. Menarik
nafas.”Nissa, sewaktu aku lagi makan tadi, aku melihat Reza dengan
seorang perempuan, mereka sangat mesrah sekali dan sewaktu Reza pergi ke
toilet, aku memberanikan diri untuk bertanya pada perempuan tersebut
dan ternyata perempuan itu adalah pacar Reza, ku terkejut Ssa. Maka dari
itu aku langsung menghubungi mu, aku ingin bertanya apakah Reza sudah
punya pacar atau aku yang salah mendengar jawaban perempuan
itu”.menjelaskan panjang lebar.
Aku terdiam, tidak bisa berkata apa-apa.
Air mata ku langsung menetes seketika itu juga. Tidak menjawab. “Win
besok aku ingin bertemu dengan mu. Tetapi saat ini aku ingin sendiri.
Maaf ya”. Menutup telvon.
Saat ini hatiku benar-benar telah hancur
berkeping-keping dan tak mungkin untuk bisa di perbaiki lagi. Aku tidak
menyangka orang yang aku cintai tega berbohong pada ku. Dan dari
kejadian ini aku sangat membeci teman ku sendiri, teman yang aku kira
tidak akan berbong namun ternyata ia sangat tega memperlakukan ku
seperti ini.
Keesokan harinya, aku pergi dari rumah
dan bertemu dengan sahabatku Windy di sebuah tempat makan yang sering
kami kunjungi. Dan aku memilih tempat duduk yang nyaman untuk ku
bercerita dengan sahabatku.
“Hay sayang”. Sapa seorang perempuan dengan mesra dan langsung duduk disebelah ku.
“Hay juga Windy ku sayang”. Jawabku dengan mesra pula. “Hari ini banyak yang ingin ku ceritakan padamu
Win”. Memandangnya.
“Iya aku ngerti kok. Aku akan selalu
siap untuk mendengarkan semua ceritamu. Dan aku akan berusaha untuk
membantumu sebisa ku”. Sedikit menghibur.
Kemudian aku menceritakan semua kejadian
yang ku alami malam itu dan Windy pun fokus mendengarkan semua
ceritaku. “Bagaimana menurutmu Win? Aku mengira Reza baik padaku tapi
ternyata dia membohongi aku. Dia berkata dia sudah tidak mau lagi
menjalin hubungan dengan siapa pun tetapi kenyataannya sekarang dia
telah bersama yang lain”. Menunduk.
“Menurut aku, dia bukan yang terbaik
untuk mu Niss. Dia kan menyesal telah menyia-nyiakan orang yang tulus
mencintainya dan malah memilih yang lain. Lihat saja, dia akan menemukan
penyesalan dalam hidupnya. Saran ku, lupakan dia. Walaupun ia sudah
kau anggap teman namun seharusnya teman tidak pernah menipu atau
berbohong. Toh jika kau kehilangan teman, kamu masih punya sahabat
seperi aku.
“Iya Win. Aku sudah berniat untuk tidak
bertemu lagi dengannya atau sampai berbica dengannya. Sudah cukup aku
meneima sakit itu. Kini aku ingin membuang rasa itu jauh dari aku, dan
tak ingin mengingatnya kembali”. Menghela nafas panjang.
Merangkulku dan mencoba memberi
semangat. “Aku mendukung setiap keputusan mu sahabat ku. Kelak kau akan
mendapatkan yang terbaik melebihi laki-laki yang bernama Reza itu”.
Dan tak terasa aku dan Windy sudah
bercerita hingga hari sudah sore. Dan kamipun berniat untuk pulang
kerumah masing-masing untuk istirahat menenagkan diri. Dalam hati aku
berkata, aku bersyukur bisa memiliki sahabat yang luar biasa seperti
Windy, yang dapat mengerti aku dan memahami keadaanku. Dan sampai saat
ini aku selalu berusaha menghindar dan selalu melupakan semua tentang
Reza dipikiran ku. Dan aku menyadari bahwa tidak semua cinta berakhir
dengan bahagia, tetapi banyak juga cinta itu berakhir dengan luka.